Pernahkah kamu berpikir, akan seperti apa dirimu lima atau
sepuluh tahun lagi?
Ada yang optimis menghadapi masa depan. Ada juga yang belum
tahu akan melakukan apa, sehingga tidak bisa memprediksi masa depannya.
Jangankan untuk masa depan, untuk hidup saat ini saja masih kurang sana-sini.
Ya. Semakin hari, kebutuhan semakin meningkat. Harga-harga
kebutuhan pokok pun seperti tak mau ketinggalan, ikut melambung. Apalagi jika
ada kenaikan harga bahan bakar.
Kondisi seperti ini, mau atau tidak mau, suka atau tidak
suka, harus kita jalani. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kita bisa
bertahan dengan kondisi yang ada.
Bagaimana pun, harga kebutuhan pokok tidak mungkin turun,
bahkan semakin naik. Selain harga yang naik, kebutuhan pun semakin banyak.
Tidak ada yang bisa dilakukan selain menambah penghasilan.
Dari sebuah buku yang saya baca, saya memperoleh informasi
bahwa di Cina, masyarakatnya sudah diajarkan untuk menambah penghasilan. Sejak
kecil mereka sudah diperlihatkan bagaimana cara memutar uang dengan berbisnis.
Sejak usia dini pula mereka diminta oleh orangtua untuk melihat secara langsung
tata cara bisnis keluarga yang tengah dijalankan.
Tak mengherankan jika saat dewasa, mereka sudah mahir
mengelola bisnis. Selain itu, mereka pandai membuat uang dapat “menggandakan
diri”.
Kalau begitu, mengapa kita tidak meniru ilmu mereka?
Bangunlah usaha mulai dari sekarang. Dari usaha tersebut kita bisa mendapatkan
penghasilan tambahan. Dengan demikian, kenaikan bahan bakar atau kebutuhan yang
semakin banyak, tidak membuat kita risau. Jenis usaha yang dapat anda buka bisa
berbagai jenis misalnya membuka usaha jasa desain logo atau mengumpulkan orang” lalu buat event organizer .
Sekarang, persoalannya adalah memulai cara membangun usaha
dari awal. Seperti kata pepatah, beginning is difficult. Permulaan itu biasanya
terasa sulit. Tapi, jangan khawatir. Jika kita tidak pernah memulai, kita tidak
akan pernah berjalan.
Untuk membuka usaha, intip dulu tips-tips berikut ini.
1. Siapkan Mental
Hal pertama yang harus disiapkan adalah mental. Mental
pengusaha berbeda dengan karyawan. Karyawan cenderung menghabiskan gaji
bulanannya. Sedangkan, pengusaha harus menginvestasikan sebagian penghasilannya
untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Maka, ketika kita sudah memilih
untuk membuka usaha, terapkanlah mental sebagai pengusaha.
2. Siapkan Modal
Apapun jenis usahanya, pasti memerlukan modal. Banyak
pengusaha yang mengeluhkan modal. Sebenarnya, tak perlu dirisaukan. Dengan modal
kecil pun kamu sudah bisa membuka usaha. Besarnya modal tergantung dari besar
atau kecilnya usaha yang kamu jalankan.
Banyak usaha yang bisa dimulai dengan modal awal 2-10 juta
rupiah. Jika masih kesulitan, ajaklah saudara atau teman untuk berbisnis bersama.
Usahakan untuk tidak meminjam ke bank dahulu, sebab di awal usaha, apalagi jika
usahanya belum terlalu besar, akan riskan jika sudah terbebani dengan utang.
3. Bidang Usaha
Tentukan bidang usaha yang akan kamu buka. Kamu bisa memilih
bidang usaha yang belum pernah ada atau yang sudah banyak. Pada awalnya, orang
merasa ragu untuk mulai membuka usaha, baik bidang yang belum pernah ada maupun
yang sudah banyak dilakukan.
Membuka usaha di bidang yang belum pernah ada, belum tentu
tidak sukses. Coba kamu lihat Aqua. Awalnya, perusahaan itu ragu untuk
mengeluarkan produk air minum dalam kemasan botol. Saat pertama kali
diperkenalkan, banyak pihak yang merasa produk tersebut tidak akan laku di
pasaran. Apalagi belum pernah ada perusahaan yang menjual produk serupa.
Bahkan, banyak yang benar-benar yakin produk itu akan gagal.
Mereka berpikir untuk apa membeli air minum yang harganya mahal, kalau bisa
memasak sendiri di rumah. Ternyata, produk itu sukses besar. Bahkan banyak
perusahaan lain yang mengekor.
Untuk bidang usaha yang sudah pernah ada, buatlah ciri khas
atau kelebihan yang tidak dimiliki pengusaha lain. Sebagai contoh adalah butik
milik Hughes. Meskipun usaha butik bertebaran di mana-mana, butik milik Hughes
bisa sukses. Sebab, butik itu memiliki ciri khusus yaitu hanya menjual pakaian
berukuran besar.
4. Lokasi
Lokasi merupakan peran penting dalam membuka usaha. Lokasi
yang ramai diyakini akan membuat usahamu cepat dikenal dan menarik banyak
peminat. Pilih lokasi yang strategis, yaitu dekat dengan tempat aktivitas
masyarakat, kantor, sekolah, atau kampus.
Namun, terkadang lokasi bisa “menipu”. Banyak bidang usaha
yang laris manis dan sukses meskipun berada di tempat yang sepi. Ada juga
bidang usaha yang mampu menembus pasar internasional meskipun barangnya
diproduksi dari tempat berlokasi di gang sempit.
Karena itu, pikirkan baik-baik mengenai lokasi. Untuk usaha
yang baru berdiri, jangan ragu untuk memanfaatkan ruangan yang ada di rumah.
Banyak, lho, usaha yang sukses yang berawal dari garasi rumah.
5. Fokus
Fokuslah pada satu bidang usaha terlebih dahulu. Banyak
pengusaha yang gagal saat mulai berkembang, karena tidak fokus pada peningkatan
bisnis awal, melainkan terlalu banyak ingin mencoba bidang usaha lain.
Sebaiknya, bersabarlah dahulu agar satu bidang bisnis
berjalan hingga sukses. Setelah itu, barulah melebarkan sayap ke bidang bisnis
yang lain.
6. Cari Pelanggan
Kenalkan bidang usahamu ke luar. Sebarkan informasi barang
dagangan atau usaha jasamu ke semua orang, agar bisa mendapatkan klien.
Caranya bisa melalui promosi dari mulut ke mulut. Ceritakan
bidang usahamu kepada teman dekat. Lalu, mintalah bantuannya untuk menyebarkan
ke teman-temannya. Dengan cara ini akan semakin banyak orang yang tahu tentang
usahamu.
Bisa juga dengan cara membuat brosur dan menyebarkan dari
rumah ke rumah. Cara ini cukup ampuh, lho. Selain brosur, buatlah plang yang
dipasang di depan tempat usaha, serta di tempat-tempat strategis lainnya.
Selain dua cara itu, bisa juga dilakukan pemasangan iklan di
internet. Di era cyber ini, banyak orang yang senang berbelanja dengan cara
online, atau mencari informasi barang dan jasa yang dibutuhkan, melalui
internet.
7. Cara Berbisnis
Sebenarnya, berbisnis itu mudah, kok. Contohnya, barang
seharga Rp. 1.000. Tugasmu adalah menjualnya dengan harga lebih dari itu,
misalnya Rp. 1.500. Intinya, dari sebuah barang, kamu bisa menjualnya dengan
memperoleh keuntungan. Setelah itu, juallah barang tersebut sebanyak-banyaknya.
Semakin banyak laku, semakin banyak pula keuntungan yang kamu dapatkan.
8. Pegawai
Pada awal membuka usaha, kamu hanya membutuhkan sedikit
pegawai. Selain kamu sendiri yang mengurus usaha tersebut, kamu bisa melibatkan
suami atau anggota keluarga yang lain untuk ikut mengelola. Tujuannya agar
mereka dapat ikut merasa memiliki usaha tersebut. Setelah usahamu berkembang,
kamu bisa mepekerjakan pegawai tambahan.
9. Perencana Keuangan
Keuangan untuk membuka bidang usaha, tak hanya terpaku pada
modal awal. Ketika usaha sudah berjalan, kamu harus pandai mengatur alur keluar
masuknya uang. Pisahkan keuangan bisnis dengan keuangan pribadi. Banyak
pengusaha yang gagal karena keuangan pribadi dan bisnis, tercampur aduk.
10. Mulai!
Sudah memikirkan segala sesuatunya? Kalau begitu, mulailah!
11. Risiko
Membangun bisnis, tentu saja ada risikonya. Namun, kalau
kamu sudah menyadari risikonya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semakin
maju usahamu, nama baikmu semakin dipertaruhkan. Karena itu, sambil menjaga
kelangsungan bisnis, kamu juga harus terus menjaga nama baikmu. Sekali saja
nama baikmu tercoreng, saat itu juga usaha yang telah kamu rintis, bisa hancur
berantakan.
12. Antisipasi Kegagalan
Risiko kegagalan dalam berbisnis, selalu ada. Karena itu
kamu dituntut untuk bersikap tegas dan cepat bertindak, terutama bila melihat
sesuatu yang tak beres.
Untuk mengantisipasi kegagalan, buatlah aturan mengenai
pengambilan keuangan. Pemilik usaha memang berhak mengambil uang dari
perusahaan. Tapi, cara pengambilan dan jumlahnya, harus tersistem dengan jelas.
Begitu pula dengan operasional, harus memiliki sistem yang
baku. Delegasikan tugas-tugas pada pegawai. Sehingga, apabila kamu berhalangan,
bisnis tetap dapat berjalan. Semakin sedikit campur tangan pemilik dalam
usahanya, berarti usaha tersebut semakin baik.
Semua tips sudah dikeluarkan. Sekarang, tinggal kamu yang
mulai bergerak. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar